(Laporan Tutorial Sains Dasar Kimia)
Oleh
Hanifah Atiya Budianto
1417051063
Tanggal Tutorial : 10 Desember 2014
Tutor : Deborah Jovita
JURUSAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Semenjak manusia zaman purbakala sampai
dengan zaman sekarang, manusia selalu mengalami perkembangan dalam setiap
periode waktu yang dilewatinya. Peradaban manusia sekarang telah mengalami
banyak kemajuan. Selama perkembangan itu, manusia menjalani kehidupan dengan
bergantung pada pertanian dan agrikultur. Melalui orientasi kehidupan tersebut,
manusia selalu berusaha menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan
sebaik-baiknya yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Manusia
sekarang telah mengalami zaman revolusi industri yang menggantungkan kehidupan
pada bidang perindustrian. Dengan menggunakan orientasi hidup tersebut, dunia
agrikultur pun mengalami kemunduran secara perlahan-lahan.
Nilai-nilai kehidupan manusia pun
mengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia dengan lingkungannya.
Perubahan-perubahan yang terjadi ini menghasilkan dampak positif maupun
negatif. Salah satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus
berlanjut pada masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah
dampaknya bagi lingkungan yang ada di sekitar manusia itu sendiri. Ekspansi
usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri seperti pembangunan
pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas besar dengan
mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi lingkungan secara perlahan
namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada akhirnya akan merugikan
lingkungan tempat tinggal manusia dan kehidupannya.
Indikasi adanya dampak yang terbesar
bagi lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang
dilakukan dan telah berkembang pesat saat ini. Dampak negatif ini adalah
terjadinya pemanasan di dunia dan sering disebut sebagai Global Warming. Namun,
masalah Global Warming sebagai masalah lingkungan ini masih diperdebatkan
kebenarannya oleh beberapa pihak yang menganggap Global Warming adalah alasan
yang diciptakan untuk membatasi laju perkembangan perindustrian. Masalah Global
Warming ini tidaklah dapat diungkiri untuk diteliti dan diteliti lebih lanjut
demi kelangsungan kehidupan manusia.
II. HASIL DISKUSI
2.1 Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan Global adalah meningkatnya suhu rata-rata
permukaan bumi akibat peningkatan jumlah emisi Gas Rumah Kaca di atmosfer.
Pemanasan Global akan diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti meningkatnya
curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi.
Sedangkan, di belahan bumi lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan
disebabkan kenaikan suhu.
Pemanasan global (global warming)
adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya
proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Selama
kurang lebih seratus tahun terakhir, . Meningkatnya suhu rata-rata permukaan
bumi yang terjadi adalah akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca, seperti;
karbondioksida, metana, dinitro oksida, hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, dan
sulfur heksafluorida di atmosfer. Emisi ini terutama dihasilkan dari proses
pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) serta akibat
penggundulan dan pembakaran hutan.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah
meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa,
"sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad
ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah
kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar
ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk
semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat
beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan
IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC
menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga
11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan
oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di
masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun
sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan
kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu
tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.Ini mencerminkan
besarnya kapasitas panas dari lautan.
2.2
Efek
Rumah Kaca
Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia
bertambah secara spektakuler. Sekitar 70% energi dipakai oleh negara-negara
maju; dan 78% dari energi tersebut berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini
menyebabkan ketidakseimbangan yang mengakibatkan sejumlah wilayah terkuras
habis dan yang lainnya mereguk keuntungan. Sementara itu, jumlah dana untuk
pemanfaatan energi yang tak dapat habis (matahari, angin, biogas, air,
khususnya hidro mini dan makro), yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar
fosil, baik di negara maju maupun miskin tetaplah rendah, dalam perbandingan
dengan bantuan keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk bahan bakar fosil
dan energi nuklir.
Dalam
rumah kaca (greenhouse) yang digunakan dalam budidaya terutama di negara
yang mengalami musim salju, atau percobaan
tanaman dalam bidang biologi dan pertanian, energi matahari (panas) yang masuk
melalui atap kaca sebagian dipantulkan keluar atmosfer dan
sebagian lainnya terperangkap di dalam greenhouse sehingga menaikkan suhu di
dalamnya. Gambar berikut menunjukkan bagaimana terjadinya efek rumah kaca.
Gas-gas emisi (buangan) pabrik,
kendaraan bermotor, dan buangan gas aktivitas manusia terakumulasi di atmosfer
kemudian menangkap energi panas matahari dan menyebabkan suhu bumi meningkat. Gas-gas
tersebut berfungsi sebagaimana kaca pada atap rumah kaca. Makin meningkat
konsentrasi
gas-gas ini di atmosfer, makin besar pula efek panas yang terperangkap di
bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan
oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpa efek rumah kaca planet
bumi akan menjadi sangat dingin lebih kurang -18°C, sehingga
sekuruh permukaan bumi akan tertutup lapiesan es. Dengan temperatur rata-rata
sebesar 15°C, bumi sebenarnya telah lebih panas 33°C dengan efek rumah kaca.
Akan tetapi jika gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, maka akan terjadi
sebaliknya dan mengakibatkan pemanasan global.
2.3
Dampak
Pemanasan Global untuk Kehidupan
Pemanasan
global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan. Berikut ini dampak yang
ditimbulkan dari pemanasan global:
Lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di
kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan
banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan
hama penyakit, dsb).
1.
Habitat Makhluk Hidup Pindah ke Dataran Lebih
Tinggi. Sejak awal dekade 1900-an, manusia harus mendaki lebih tinggi demi
menemukan tupai, berang-berang
atau tikus hutan. Ilmuwan menemukan bahwa hewan-hewan ini telah pindah ke
dataran lebih tinggi akibat pemanasan global. Perpindahan habitat ini mengancam
habitat beruang kutub juga, sebab es tempat dimana mereka tinggal juga mencair.
2.
Pergantian beberapa spesies flora dan fauna. Flora
dan fauna memiliki batas toleransi terhadap suhu, kelembaban, kadar air dan
sumber makanan. Kenaikan suhu global menyebabkan terganggunya siklus air,
kelembaban udara dan berdampak pada pertumbuhan tumbuhan sehingga menghambat
laju produktivitas primer. Kenaikan
suhu akan menjadi faktor penyeleksi alam, dimana spesies yang mampu beradaptasi
akan bertahan dan, bahkan kemungkinan akan berkembang biak dengan pesat.
Sedangkan spesies yang tidak mampu beradaptasi, akan mengalami kepunahan. Migrasi
burung akan berubah disebabkan perubahan musim, arah dan kecepatan angin, arus
laut.
3.
Kekeringan dan
kebakaran hutan. Pemanasan global tidak saja
mengakibatkan paradoks itu saja (banjir), namun juga
kekeringan
pada saat yang sama. Salah satu alasannya adalah adanya kenyataan bahwa
pemanasan global (global warming) tidak hanya terjadi secara mendunia,
melainkan juga merelokasi presipitasi/curah hujan dan sebagiaan besar di
fokuskan di Afrika, Mesir dan Sahara. Tragedi kekeringan oleh karena tidak
adanya curah hujan, yang tidak dapat dipercaya telah terjadi. Kekeringan Juan
mengakibatkan kebakaran hutan yang besar. Adanya kebakaran hutan yang terjadi merupakan akibat dari
peningkatan suhu di sekitar hutan, sehingga menyebabkan rumput-rumput dan
ranting yang mengering mudah terbakar. Selain itu, kebakaran hutan menyebabkan
punahnya berbagai keanekaragaman hayati.
4.
Meningkatnya frekuensi dan intensitas
hujan, badai, angin
topan, dan banjir.
5.
Adanya Badai
atau Angin Topan
6.
Munculnya gelombang panas di berbagai belahan dunia
7.
Mencairnya Es
di Kutub. Dahulu orang berpikir bahwa es yang ada di kutub
akan dapat bertahan dari pemanasan global (global warming) selama 200
tahun. Namun kenyataannya sangat mengejutkan, karena kehancuran yang terjadi
sedemikian cepat, hanya dalam kurun waktu 35 hari saja. Padahal gunung dan
kutub berperan penting dalam menstabilkan musin dan ekologi bumi. Penyebabnya
antara lain adanya penguapan tanah secara dramatis dalam peningkatan
temperatur. 90% sinar matahari yang mengenai es dipantulkan kembali ke angkasa
seperti kaca, namun ketika sinar matahari mencapai permukaan air laut, semuanya
diserap yang menyebabkan air menjadi hangat, dan dampaknya akan mempercepat
pencairan es. Hal ini berdampak pada bagi beruang kutub yang sangat tergantung
pada keberadaan es sebagai tempatnya berpijak. Para ilmuwan mendapatkan bukti
bahwa mereka harus berenang sejauh 60 mil untuk menemukan daratan, tapi mereka
tidak menemukannya.
8.
Terjadinya
Kenaikan Permukaan Air Laut. Mencairnya lapisan es di kutub
Utara dan Selatan. Peristiwa ini mengakibatkan naiknya permukaan air laut
secara global, hal ini dapat mengakibatkan sejumlah pulau-pulau kecil
tenggelam. Kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir terancam. Permukiman
penduduk dilanda banjir rob akibat air pasang yang tinggi, dan ini berakibat
kerusakan fasilitas sosial dan ekonomi. Jika ini terjadi terus menerus maka
akibatnya dapat mengancam sendi kehidupan masyarakat.
9.
Perubahan
iklim yang tidak menentu. Perubahan iklim di negeri kita
telah dirasakan dalam beberapa
tahun terakhir ini. Meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim.
Perubahan iklim menyebabkan musim sulit diprediksi. Musim kemarau dengan panas
sangat menyengat, hujan terlambat datang dan jika tiba, curahnya sangat tinggi
sehingga menimbulkan banjir. Kondisi ini jelas sangat tidak menguntungkan bagi
seorang petani. Petani tidak dapat memprediksi perkiraan musim tanam akibat
musim yang juga tidak menentu. Akibat musim tanam yang sulit diprediksi dan
musim penghujan yang tidak menentu maka musim produksi panen juga demikian
Seharusnya sudah harus musim tanam, ternyata belum dapat dilaksanakan oleh
karena musim panas/kemarau terlalu panjang. Atau seharusnya sudah tidak turun
hujan, tetapi ternyata di sana-sini masih ada hujan sehingga para petani gagal
panen karena padi yang siap panen terendam air. Hal ini berdampak pada masalah
penyediaan pangan bagi penduduk, kelaparan, lapangan kerja bahkan menimbulkan
kriminal akibat tekanan tuntutan hidup.
10.
Peningkatan suhu panas global mencapai 3 – 4 derajat celcius
11.
Mekarnya Tumbuhan di Kutub Utara
12.
Perikanan. Peningkatan suhu air laut mengakibatkan terjadinya pemutihan
terumbu karang, dan selanjutnya matinya terumbu karang, sebagai habitat bagi
berbagai jenis ikan. Suhu air laut yang meningkat juga memicu terjadinya
migrasi ikan yang sensitif terhadap perubahan suhu secara besar-besaran menuju
ke daerah yang lebih dingin. Peristiwa matinya terumbu karang dan migrasi ikan,
secara ekonomis, merugikan nelayan karena menurunkan hasil tangkapan mereka.
13.
Mangancam kerusakan Terumbu Karang. Mengancam
kerusakan terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang yang ada di enam
negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Kepulauan Salomon, Papua Nugini, Timor
Leste, dan Philipina. Dikhawatirkan merusak kehidupan masyarakat lokal yang
berada di sekitarnya. Masyarakat lokal yang pertama kali menjadi korban akibat
kerusakan terumbu karang ini. Untuk menyelamatkan kerusakan terumbu karang
akibat pemanasan global ini, maka para aktivis lingkungan dari enam negara
tersebut telah merancang protokol adaptasi penyelamatan terumbu karang. Lebih
dari 50 persen spesies terumbu karang dunia hidup berada di kawasan segitiga
ini. Berdasarkan data Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC),
sebanyak 30 persen terumbu karang dunia telah mati akibat badai el nino pada
1998 lalu. Diprediksi, pada 10 tahun ke depan akan kembali terjadi kerusakan
sebanyak 30 persen.
14.
Kesehatan. Dampak pemanasan global pada sektor ini yaitu meningkatkan
frekuensi penyakit tropis, misalnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk
(malaria dan demam berdarah), mewabahnya diare, penyakit kencing tikus atau
leptospirasis dan penyakit kulit. Kenaikan suhu udara akan menyebabkan masa
inkubasi nyamuk semakin pendek sehingga nyamuk makin cepat untuk
berkembangbiak. Bencana banjir yang melanda akan menyebabkan terkontaminasinya
persediaan air bersih sehingga menimbulkan wabah penyakit diare dan penyakit
leptospirosis pada masa pasca banjir. Sementara itu, kemarau panjang akan
mengakibatkan krisis air bersih sehingga berdampak timbulnya penyakit diare dan
penyakit kulit. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) juga menjadi
ancaman seiring dengan terjadinya kebakaran hutan.
15.
Peningkatan
pencemaran udara/polusi
2.4
Dampak
pemanasan Global di Indonesia
Sebagai sebuah fenomena global, dampak pemanasan global
dirasakan oleh seluruh umat manusia di dunia, termasuk Indonesia. Posisi
Indonesia sebagai negara kepulauan, menempatkan Indonesia dalam kondisi yang
rentan menghadapi terjadinya pemanasan global. Sebagai akibat terjadinya
pemanasan global, Indonesia akan menghadapi peristiwa :
1.
Tenggelammnya
Pulau-pulau Kecil. Kenaikan
Temperatur Global, menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan selatan,
sehingga mengakibatkan terjadinya pemuaian massa air laut, dan kenaikan
permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang,
serta terjadinya pemutihan terumbu karang (coral bleaching), dan punahnya
berbagai jenis ikan. Selain itu, naiknya permukaan air laut akan mengakibatkan
pulau-pulau kecil dan daerah landai di Indonesia akan hilang. Ancaman lain yang
dihadapi masyarakat yaitu memburuknya kualitas air tanah, sebagai akibat dari
masuknya atau merembesnya air laut, serta infrastruktur perkotaan yang mengalami
kerusakan, sebagai akibat tergenang oleh air laut.
2.
Pergeseran
Musim sebagai akibat dari adanya perubahan pola curah hujan. Perubahan iklim
mengakibatkan intensitas hujan yang tinggi pada periode yang singkat serta
musim kemarau yang panjang. Di beberapa tempat terjadi peningkatan curah hujan
sehingga meningkatkan peluang terjadinya banjir dan tanah longsor, sementara di
tempat lain terjadi penurunan curah hujan yang berpotensi menimbulkan
kekeringan. Sebagian besar Daerah Aliran Sungai (DAS) akan terjadi perbedaan
tingkat air pasang dan surut yang makin tajam. Hal ini mengakibatkan
meningkatnya kekerapan terjadinya banjir atau kekeringan. Kondisi ini akan
semakin parah apabila daya tampung badan sungai atau waduk tidak terpelihara
akibat erosi.
3.
Panasnya
suhu udara pada siang hari. Nah itu merupakan salah satu dari sekian banyak
efek yang timbul akibat global warming yang terjadi dibumi ini. Suhu
udara dipermukaan bumi semakin hari rasanya semakin panas saja dan ini membuat
bumi ini semakin tidak nyaman ditempati.
4.
Banyak
sekali kejadian-kejadian yang sifatnya anomali terjadi ketika adanya
pemanasan global, salah satunya suhu udara pada malam hari semakin dingin.
Kejadian seperti ini banyak terjadi didaerah-daerah di Indonesia utamanya yang
berada didataran tinggi atau sekitar pegunungan. Hal ini juga membuat manusia
menjadi tidak nyaman, terlebih ketika beristirahat dimalam hari.
5.
Terjadinya
Hujan Asam
6.
Dampak
pemanasan global lainnya adalah terjadinya hujan asam dibumi, dan ini tentu
saja akan merugikan manusia. Tidak seperti hujan biasa, hujan asam bisa merusak
segala sesuatu yang ada dibumi dan juga sangat berbahaya bagi manusia. Perlu
diketahui bahwa hujan asam terjadi karena menumbuknya gas-gas seperti karbon
monoksida dan nitrogen diatmosfer bumi.
7.
Bencana
Tsunami
8.
Selain
bisa menenggelamkan pulau-pulau kecil di Indonesia, meningkatnya pemukaan air
laut akibat pemanasan global juga bisa menyebabkan abrasi atau banjir didaerah
pesisir pantai bahkan bukan tidak mungkin terjadinya bencana tsunami. Tentu
kita tidak mau kejadian Tsunami Aceh 2004 terulang lagi, maka dari ini itu kita
harus sedini mungkin melakukan aktivitas go green.
9.
Kekeringan
dan Gagal Panen. Kita bisa melihat dari banyaknya lahan-lahan pertanian yang
mengalami kekeringan dan gagal panen terlebih ketika musim kemarau. Ini jelas
sangat merugikan karena bisa menurunkan produktivitas hasil pertanian dan
mengurangi jumlah pendapatan para petani. Sehingga akan terjadi penurunan produksi pangan di
Indonesia. Singkatnya, perubahan iklim akan mempengaruhi ketahanan pangan
nasional.
10. Peristiwa
Kelaparan. Global Warming membuat sektor pertanian mengalami
kemunduran karena
menurunnya hasil pertanian. Kejadian ini dikhawatirkan bisa menimbulkan
peristiwa kelaparan. Oleh karena itu diperlukan peran aktif semua pihak
(masyarakat, organisasi, teknokrat, pemerintah, dll) agar berupaya meningkatkan
hasil pertanian kita dengan menggunakan teknologi.
11. Timbulnya
Berbagai
Macam Jenis Penyakit. Penyakit-penyakit yang bisa timbul akibat global warming
adalah penyakit kulit, gizi buruk (busung lapar), alergi, sakit jantung, dan
masih banyak lagi.
12. Berkurangnya
Keanekaragaman
Hayati
Dampak pemanasan global
lainnya adalah special mahluk hidup banyak yang mati dan ini tentu mengurangi
keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia dan juga dunia. Para peneliti mengungkapkan
bahwa pemanasan global akan menyebabkan kematian terhadap satu juta species
mahluk hidup dalam kurun waktu setengah hingga satu abad kedepan.
13. Peningkatan pencemaran udara/polusi. Terjadinya kebakaran hutan di
Kalimantan, Sumatera; peningkatan pemakaian motor/mobil di kota besar (emisi
kendaraan); penggunaan energi yang berlebihan, dan pencemaran limbah produksi
industri menyebabkan Terjadinya peningkatan pencemaran udara/polusi.
Sumber-sumber utama pencemaran udara, merupakan sisi terburuk modernisasi yang
mengancam kesehatan manusia adalah penggunaan energi secara berlebihan,emisi
kendaraan dan pencemaran limbah produksi industri. Industrialisasi selalu
meninggalkan buangan limbah, baik dalam bentuk emisi langsung maupun melalui
pengubahan pola konsumsi dan perlonjakan permintaan terhadap barang-barang
manufaktur. Pada umumnya produksi barang-barang manufaktur menimbulkan efek
atau produk-produk sampingan yang berbahaya. Tanpa pemberlakukan pengawasan
secara ketat maka pihak produsen akan terdorong untuk memilih cara yang murah
(membuang limbah langsung melemparkannya ke saluran air, ke udara terbuka atau
menimbunnya di dalam tanah) meskipun mereka menyadari dampaknya sangat
berbahaya terhadap lingkungan hidup. Hal tersebut tidak dapat dihindari dan
terutama terjadi di kota-kota besar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia,
dengan seabrek problematikanya.
2.5
Pencegahan
untuk mengurangi dampak Pemanasan Global
Ada
bermacam cara memperlambat dampak pemanasan global, cara-cara tersebut umumnya
mudah dan sederhana. Tetapi kurang dilakukan secara serius oleh kebanyakan
orang:
1.
Penerapan
Konsep pembangunan berkelanjutan atau berkesinambungan yang berwawasan kepada lingkungan hidup. Hendaknya
pelaksanaan konsep tersebut jangan dibebankan hanya kepada pemerintah semata,
mengingat keterbatasan institusi/lembaga pemerintah. Akan tetapi hendaknya menjadi
beban atau tanggungjawab seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
2.
Penghematan Energi. Meskipun langkah ini hanya bersifat himbauan, akan tetapi
apabila terus menerus dikampanyekan
secara baik dan simpatik dengan memberi contoh-contoh kongkrit akibat dari
adanya pemanasan global, maka akan dapat merubah sikap dan perilaku untuk hemat
energi.
3.
Daur
ulang dan efisiensi energi.
Penggunaan minyak tanah untuk menyalakan kompor di rumah, menghasilkan asap dan
jelaga yang mengandung karbon. Karena itu sebaiknya diganti dengan gas. Biogas
menjadi hal yang baik dan perlu dikembangkan, misalnya dari sampah. Tempat
Pembuangan Sampah (TPA) menyumbang 3% emisi gas rumah kaca melalui metana yang
dilepaskan saat proses pembusukan sampah. Dengan membuat pupuk kompos dari
sampah organik (misal dari sisa makanan, kertas, daun-daunan) untuk kebun Anda,
Anda bisa membantu mengurangi masalah ini!
4.
Pisahkan Sampah Kertas,
Plastik, dan Kaleng agar Dapat didaur ulang
5.
Batasi Penggunaan kertas. Setiap menggunakan selembar kertas maka anda telah menebang
sebatang pohon. Oleh karena itu gunakan kertas se-efektif mungkin misalnya
dengan mencetak (print) dengan cara bolak-balik
pada setiap kertas. Bila print sesuatu yang tidak terlalu penting, gunakanlah kertas
bekas yang dibaliknya masih kosong.
6.
Mengurangi penggunaan lampu di siang hari. Lampu yang terlalu lama dinyalakan, apalagi di waktu
siang akan membuat panas bumi semakin meningkat. Memang cukup
sepele, tetapi jika seluruh panas lampu dikumpulkan dari setiap penduduk bumi, maka berapa
suhu panas yang akan terkumpul. Oleh sebab itu, mari kita biasakan menyalakan lampu
secukupnya. Dan hindari penggunaan lampu pada siang hari.
7.
Gunakan Lampu Hemat Energi. Bila Anda mengganti 1 lampu di rumah
Anda dengan lampu hemat energi, Anda dapat menghemat 400 kg CO2 dan
lampu hemat energi 10 kali lebih tahan lama daripada lampu pijar biasa.
8.
Gunakan pupuk organik. Pupuk yang digunakan kebanyakan
petani mengandung unsur nitrogen, yang kemudian berubah menjadi N2O yang menimbulkan efek
GRK (Gas Rumah Kaca) 320
kali lebih besar dari pada CO2. Jika anda hobi berkebun gunakanlah pupuk
organik. Disamping aman, murah pula.
9.
Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor memang membuat kita hidup lebih
mudah dan praktis. Namun dari segi kesehatan dan ketahanan alam, hal
ini kurang baik jika dijadikan kebiasaan sehari hari. Oleh karena itu, mari
kita mulai untuk mengurangi pemaikaian kendaraan bermotor, dan beralih kepada sarana
transportasi yang lebih sehat seperti sepeda, atau berjalan kaki untuk menuju
tempat tempat yang dekat. Hal buruk yang diberikan oleh kendaraan bermotor
adalah polusi yang dikeluarkannya. Output dari bahan bakar mesin tersebut adalah
CO2, yang berpeluang menjadikan suhu bumi menjadi lebih mudah panas.
Jadi semakin sedikit penggunaannya, dan orang yang menggunakannya, maka
semakin kecil peluang terjadinya pemanasa global.
10. Jika
memungkinkan naik angkutan penumpang umum. Jika
jarak dari rumah ke obyek yang dituju tidak terlalu jauh usahakan jalan kaki
atau naik sepeda. Saat
ini jumlah kendaraan
pribadi sudah teramat banyak dan bikin sumpek. Sector transportasi menyumbang
sampai 14 % emisi gas rumah kaca ke atmosfer, jika kita menggunakan kendaran
umum maka kita mengurangi emisi gas rumah kaca,
11. Menghindari
pemakaian AC secara berlebihan
12. Membiasakan
memisahkan limbah organik dan non organik
13. Tidak
terlalu sering menggunakan alat kebutuhan berbahan baku yang tidak mudah hancur
dalam waktu singkat/cepat, seperti pemakaian alat kebutuhan terbuat dari
plastik.
14. Konservasi lingkungan, dengan melakukan penanaman
pohon dan penghijauan di lahan-lahan kritis. Tumbuhan hijau memiliki peran
dalam proses fotosintesis, dalam proses ini tumbuhan memerlukan karbondioksida
dan menghasilkan oksigen. Akumulasi gas-gas karbon di atmosfer dapat dikurangi.
15. Menanam Pohon. Cara mengatasi pemanasan global dengan melakukan pencegahan
selanjutnya adalah dengan menanam pohon. Pemerintah dan beberapa lembaga
lingkungan perlu menggalakkan kegiatan menanam pohon untuk kebaikan bumi kita beberapa
puluh tahun ke depan. Hal ini perlu dilakukan sejak saat ini, sebelum semuanya
terlambat. Karena proses penanaman pohon ini tidak akan langsung terasa
manfaatnya dalam beberapa tahun ke depan, melainkan beberapa puluh tahun ke
depan.
16. Pengendalian Pemanfaatan Hutan. Penebangan hutan yang tidak
terkontrol, perladangan berpindah dan aktifitas perhutanan lainnya. Penebangan
hutan selain mengurangi jumlah biomassa yang berperanan fungsi sebagai pengikat CO2 namun
demikian akan dinilai wajar apabila terciptanya keseimbangan antara biomassa
yang diproduksi dengan biomassa yang dibangun. Perladangan berpindah seperti
yang dilakukan oleh masyarakat nomadik di seki-tar kawasan hutan, walaupun
metode pendekatan bercocok tanamannya dengan cara melakukan pembakaran; akan
tetapi cara-cara yang dilakukan secara tertib dan terkontrol; karena pemba-karan
dilakukan bertepatan menjelang
2-3 hari datangnya hujan, luasannya terbatas 0,5-1,5 ha, hingga cemaran CO2
cenderung dapat dikendalikan. Berbeda halnya dengan pembangunan hutan tanaman
industri, dimana lahan yang dibuka relatif luas dan melakukan pembakan yang
tidak terkontrol, hingga menyebabkan cemaran udara, yang cenderung mendukung
terjadinya pemanasan global.
17. Awasi
penebangan hutan sembarangan. Di Indonesia ini khususnya, ada
pihak pihak kurang bertanggung jawab yang melakukan penebangan hutan secara sembarangan untuk
kepentingan sendiri. Hal ini sebaiknya diawasi oleh lembaga yang berwenang,
agar bisa meminimalisir jumlahnya. Hutan yang ditumbuhi dengan pepohonan yang
lebat dan tinggi akan memberikan banyak manfaat untuk kita, seperti terhindar
dari bencana banjir dan terjadinya erosi. Selain itu, pohon adalah makhluk yang
berperan penting dalam memberikan supply oksigen bagi kita. Jika pohon ditebang,
maka kadar CO2 atau karbondioksida akan lebih mendominasi udara kita
dibandingkan dengan oksigen (02). Jika itu terjadi, maka peningkatan suhu bumi akan terjadi
dengan sangat cepat.
18. Tanamlah
rumpun bambu
19. Perlunya diversifikasi atau pengembangan energi alternatif. Sebenarnya
pengembangan energi alternatif sebagai pengganti minyak dan gas bumi adalah
kebutuhan yang sudah sangat mendesak. Akan tetapi kemauan pemerintah (political
will) tersebut hanya sebatas di tingkat wacana atau rencana, karena implementasinya
sangat lemah dan tidak memuaskan. Misalnya pengembangan teknologi dan
alternatif energi minyak jarak masih jalan di tempat. Padahal tanpa sadar
komitmen itu sudah lama diwacanakan. Juga tentang pembangunan PLTN (Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir) yang dicetuskan tahun 1997, namun sampai kini
realisasinya masih jauh dari harapan, dan bahkan masih menjadi perdebatan yang
masih panjang. Padahal jika tidak dari sekarang segera dicari alternatif
pengganti minyak dan gas bumi, maka di masa yang akan datang akan menimbulkan
kesulitan oleh karena kelangkaan energi yang bersumber dari kandungan bumi. Menggunakan energi yang bersumber dari energi
alternatif guna mengurangi penggunaan energi bahan bakar fosil (minyak bumi dan
batu bara). Emisi gas karbon yang terakumulasi ke atmosfer banyak dihasilkan
oleh pembakaran bahan bakar fosil. Kita mengenal bahwa paling banyak
mesin-mesin kendaraan dan industri digerakkan oleh mesin yang menggunakan bahan
bakar ini. Karena itu diupayakan sumber energi lain yang aman dari emisi gas-gas ini,
misalnya; menggunakan energi matahari, air, angin, dan bioenergy. Di
daerah tropis yang kaya akan energi matahari diharapkan muncul teknologi yang
mampu menggunakan energi ini, misalnya dengan mobil tenaga surya, listrik
tenaga surya. Sekarang ini sedang dikembangkan bioenergy, antara lain biji
tanaman jarak (Jathropa. sp) yang menghasilkan minyak.
20.
Keteladanan Pemimpin. Dengan memberi contoh
yang mengarah kepada pola hidup atau aktivitas yang bertujuan menjaga
kelestarian lingkungan dan bumi
21. Upaya pendidikan kepada masyarakat luas dengan memberikan
pemahaman dan penerapan atas prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.
Mengubah pola pikir dan sikap manusia sebagai mahluk yang diberi
kemampuan logika harus mampu memandang kepentingan hidupnya terkait dengan
kehidupan mahluk hidup lain beserta kejadian proses-proses alam. Sikap dan
perilaku manusia terhadap alam cepat atau lambat memberi berdampak pada lingkungan hidupnya.
Peduli terhadap lingkungan pada dasarnya merupakan sikap dan perilaku bawaan
manusia. Tetapi munculnya ketidak pedulian manusia adalah pikiran atau persepsi
yang berbeda-beda ketika manusia berhadapan dengan masalah lingkungan. Manusia
harus memandang bahwa dirinya adalah bagian dari unsur ekosistem dan
lingkungannya. Naluri untuk mempertahankan hidup akan memberi motivasi bagi
manusia untuk melestarikan ekosistem dan lingkungannya.
2. Penegakan hukum dan
keteladanan. Pelanggaran atas tindakan manusia yang merusak lingkungan
harus mendapat ganjaran. Penegakan hukum lingkungan menjadi bagian yang penting
guna menjaga kelestarian lingkungan, dan memberi efek jera bagi yang melanggar. Penegakan
hukum tidak memandang strata sosial masyarakat. Selain itu adalah panutan dan ketokohan
seseorang memegang peranan penting. Mereka yang memiliki pemahaman yang lebih
baik (berpendidikan) terhadap lingkungan hidup hendaknya berperan memberi
contoh dan sikap lingkungan yang baik pula kepada masyarakat. Misalnya, kita
masih menemukan kasus peran beberapa aparat pemerintah dibalik kerusakan hutan,
baik dengan memberikan modal maupun perlindungan bagi perambah hutan.
3.
Etika lingkungan. Kecintaan dan kearifan kita terhadap
lingkungan menjadi filosofi kita tentang lingkungan hidup. Dalam kehidupan masyarakat
demikian, etika lingkungan tidak tampak secara teoretik tetapi menjadi pola
hidup dan budaya yang dipelihara oleh setiap generasi. Etika lingkungan akan
berdaya guna jika muncul dalam tindakan nyata dalam
kehidupan sehari-hari(Tarsoen,2008).
2.6
Penyakit
Akibat Global Warming
Pemanasan
global tak hanya berdampak serius pada lingkungan manusia di bumi namun juga
terhadap kesehatan. Penyakit-penyakit yang bisa timbul akibat global warming
adalah penyakit kulit, gizi buruk (busung lapar), alergi, sakit jantung, dan
masih banyak lagi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pertemuan tahunan di
Genewa mengatakan bahwa berbagai penyakit infeksi yang timbul diidentifikasi
terkait dengan perubahan lingkungan hidup yang drastis. Kerusakan hutan,
perluasan kota, pembukaan lahan untuk pertanian, pertambangan, serta kerusakan
ekosistem di kawasan pesisir memicu munculnya patogen lama maupun baru.
Berbagai penyakit yang ditimbulkan parasit juga meningkat terutama di wilayah
yang sering mengalami kekeringan dan banjir.
a.
Malnutrisi mengakibatkan kematian 3,7
juta jiwa per tahun, diare mengakibatkan kematian 1,9 juta jiwa, dan malaria
mengakibatkan kematian 0,9 juta jiwa.
b.
Suhu yang lebih panas juga berpengaruh
pada produksi makanan, ketersediaan air dan penyebaran vektor penyakit. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa pemanasan global (global warming)
akan banyak berdampak bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Perubahan
temperatur dan curah hujan yang ditimbulkan memberikan kesempatan berbagai
macam virus dan bakteri penyakit tumbuh lebih luas. WHO mengatakan, selain
virus dan bakteri penyakit berkembang pesat, secara tidak langsung pemanasan
global juga dapat menimbulkan kekeringan maupun banjir.
c.
Kekeringan mengakibatkan penurunan
status gizi masyarakat karena panen yang terganggu, Banjir menyebabkan
meluasnya penyakit diare serta Leptospirosis.
d.
Kebakaran hutan, dapat mengusik
ekosistem bumi, menghasilkan gas-gas rumah kaca yang menimbulkan pemanasan
global. Sedangkan asap hitamnya menganggu secara langsung kehidupan manusia,
Asap yang mengandung debu halus dan berbagai oksida karbon itu menyebabkan
gangguan pernapasan dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), mulai asma,
bronkhitis hingga penyakit paru konstruktif kronis (COPD). Asap tersebut juga
membawa racun dioksin yang bisa menimbulkan kanker paru dan gangguan kehamilan
serta kemandulan pada wanita.
e.
Pada suhu panas manusia rentan sakit
ISPA, meningkatnya penyakit menular (Malaria, DBD, Chikungunya, Penyakit yang
ditularkan melalui udara dan air), Terjadinya konflik psikologi (stress),
penyakit lama timbul kembali, seperti Penyakit Malaria, Penyakit Demam Berdarah,
Penyakit degeneratif, Penyakit jantung, Penyakit paru-paru.
f.
Dampak pemanasan global juga
mempengaruhi penipisan ozone antara lain meningkatnya intensitas sinar ultra
violet yang mencapai permukaan bumi menyebabkan gangguan terhadap kesehatan,
seperti kanker kulit, katarak, penurunan daya tahan tubuh, dan pertumbuhan
mutasi genetik., memperburuk penyakit-penyakit umum Asma dan alergi Meningkatkan
kasus-kasus kardiovaskular, kematian yang disebabkan penyakit jantung dan
stroke serta gangguan jantung dan pembuluh darah
Berbagai
penyakit lainnya yang ditimbulkan dari dampak pemanasan global diantaranya
1.
Berbagai Penyakit Kulit. Perubahan
iklim menyebabkan adanya perubahan radiasi sinar ultraviolet. Paparan
ultraviolet secara terus menerus menyebabkan reaksi penuaan dini atau munculnya
flek-flek pada kulit. Selanjutnya bisa juga memicu munculnya sel prekanker,
muncul benjolan pada kulit yang besarnya bervariasi. Dan ini bisa berkembang
menjadi tumor jinak, bahkan kanker kulit.
2.
Diare. Pemanasan
global meningkatkan curah hujan, yang menyebabkan terjadinya banjir. Akibatnya,
ketersediaan air bersih menjadi terbatas. Kualitas air yang buruk dan tercemar
dapat memunculkan penyakit pada saluran pencernaan, seperti diare.
3.
Chikungunya. Virus Chikungunya
termasuk arbovirus dari genus Alphavirus. Bentuknya
bulat dikelilingi duri. Pembawa virus bisa ditubuh manusia, primata, mamalia
lain dan burung. Penyebar penyakit adalah nyamuk Aedes aegypti.
4.
Filariasis atau Kaki Gajah. Penyakit
menular yang disebabkan oleh cacing Filaria. Ditularkan oleh
berbagai jenis nyamuk. Di Indonesia, penyakit kaki gajah tersebar luas di
hampir seluruh propinsi.
5.
Flu Burung. Penyebab virus
influenza tipe A yang menyebar antar unggas. Perubahan iklim turut
mempercepat penyebaran virus flu burung. Cuaca yang sering berubah-ubah
merupakan sarana terbaik berkembangnya virus flu burung dalam tubuh unggas,
sehingga penyebarannya bisa lebih cepat.
6.
Kolera. Penyakit
infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholera.
Bakteri ini masuk ke tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi.
7.
SARS. Sindrom
pernafasan akut berat yang disebabkan oleh virus SARS (Severe Acute
Respiratory Syndrome). Pemanasan global mengakibatkan penyebaran virus ini
meningkat.
2.7
Pengaruh
Peternakan bagi Global Warming
1. Peternakan
Dengan Terjadinya Global Warming
Pada
tahun 2006, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mengeluarkan laporan
“Livestock’s Long Shadow” dengan kesimpulan bahwa sektor peternakan merupakan
salah satu penyebab utama pemanasan global. Sumbangan sektor peternakan
terhadap pemanasan global sekitar 18%, lebih besar dari sumbangan sektor
transportasi di dunia yang menyumbang sekitar 13,1%. Selain itu, sektor
peternakan dunia juga menyumbang 37% metana (72 kali lebih kuat daripada CO2
selama rentang waktu 20 tahun), dan 65% nitro oksida (296 kali lebih kuat
daripada CO2). Hasil penelitian PBB Tahun 2006 menyebutkan bahwa 18% Emisi Gas
Rumah Kaca dihasilkan dari aktifitas pemeliharaan ayam, sapi, babi, dan
hewan-hewan lainnya. Disisi lain, asap yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor
hanya menyumbang 13% emisi gas rumah kaca. Ternyata penyumbang Emisi Gas Rumah
Kaca terbesar bukan berasal dari asap kendaraan, tetapi berasal dari daging.
2. Alasan
Peternakan Dikatakan Sebagai Penyebab Global Warming
a. Pemeliharaan
hewan ternak memerlukan energi listrik untuk lampu-lampu dan peralatan
pendukung peternakan, mulai dari penghangat ruangan, mesin pemotong, dll. Salah
satu inefisiensi listrik terbesar adalah dari mesin-mesin pendingin untuk
penyimpanan daging. Baik yang ada di peternakan maupun yang ada di titik-titik
perhentian (distributor, pengecer, rumah makan, pasar, dll) sebelum daging
tersebut tiba di rumah/piring makan Anda. Anda tentu tahu bahwa mesin-mesin
pendingin adalah peralatan elektronik yang sangat boros listrik/energi.
b. Transportasi
yang digunakan, baik untuk mengangkut ternak, makanan ternak, sampai dengan
elemen pendukung peternakan lainnya (obat-obatan dll) menghasilkan emisi karbon
yang signifikan.
c. Peternakan
menyedot begitu banyak sumber daya pendukung lainnya, mulai dari pakan ternak
hingga obat-obatan dan hormon untuk mempercepat pertumbuhan. Mungkin sepintas
terlihat seperti pendukung pertumbuhan ekonomi. Tapi dapatkah Anda membayangkan
berapa banyak lagi emisi yang dihasilkan tiap industri pendukung tersebut?
Perekonomian yang maju tidak ada lagi artinya kalau planet kita hancur! Masih
banyak sektor-sektor industri ramah lingkungan yang bisa dikembangkan di dunia
ini.
3. Mengatasi
Dampak Peternakan Terhadap Global Warming yaitu dengan cara menjadi seorang
vegetarian seorang vegetarian.
2.8
Hubungan
Gas CO, NO2, NH3 dengan Pemanasan Global
Limbah
peternakan menghasilkan gas-gas yang cepat menguap dan menimbulkan bau yang
tidak sedap. Dari berbagai hasil penelitian terungkap bahwa beberapa
jenis gas yang dihasilkan antara lain CO, CO2, CH4, NO2, NO, NH3, H2S, SO, SO2
konsentrasinya bervariasi menurut jumlah dan species ternaknya. Pada usaha
peternakan yang intensif, sejumlah besar limbah bahkan melebihi kapasitas
memberikan kontribusi terhadap meningkatnya nitrogen dan fosfor.
Sebaliknya nitrogen dan fosfor dikenal sebagai pemicu utama terjadinya
penurunan kualitas aliran air permukaan dan air bawah tanah yang merupakan
sumber air alami, bahkan hasil studi terakhir di bebarapa negara industri berbasis
peternakan menunjukkan dampak serius limbah peternakan terhadap perubahan iklim
(climate change) di era sekarang ini yang lebih popular dengan istilah
pemanasan global (global warming).
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang kami peroleh dari hasil diskusi yaitu sebagai berikut:
1. Pemanasan
global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama umat manusia.
Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan
dampaknya diderita oleh manusia itu juga.
2. Dampak negatif
dari pemanasan global memang sangat banyak. Secara langsung yaitu dengan suhu
yang terasa semakin panas yang mengganggu kesehatan manusia Secara tidak
langsung yaitu dengan merusak lingkungan yang akan mengganggu pemenuhan
kebutuhan manusia..
3. Pemanasan
global memang tidak bisa dicegah, Tapi hal tersebut masih bisa diperlamban.
Mulai dengan kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di masa depan. Apabila kita
telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka pmanasan global hanyalah
sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini. Serta pengembangan teknologi yang berwawasan
lingkungan dan menjalankan prinsip daur ulang, menggunakan kembali barang yang
masih bisa dipakai, dan mengurangi penggunaan SDA yang tidak perlu.
4. Menggalakan
partisipasi masyarakat untuk ikut berkiprah merupakan pendekatan yang dinilai
cukup strategis, serta penyuluhan atas peranan fungsi jasa biologis, ekologis
dan hidrologis kawasan hijau, perlu diperdayakan kepada masyarakat secara luas;
mengingat bahwa pepohonan merupakan bagian dari kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2010. Makalah Global Warming.http://www.scribd.com/doc/22182806/Makalah-Global-Warming.
Diakses pada tanggal 16 Desember 2014 pukul 17.00.
Anonim. 2011. Makalah Global Warming.http://s3.amazonaws.com/akademia.edu.
documents/33816702/makalah.docx. Diakses pada tanggal 16 Desember 2014 pukul
14.10.
Anonim.
2012. Ciri-ciri Pemanasan Global
http://yaniirma74.blogspot.com/2013/ 01/ciri-ciri-pemanasan-global.html.
Diakses pada tanggal 17 Desember 2014 pukul 02.05.
Anonim.2014.Dampak Pemanasan Global.http://www.invonesia.com/dampak-pemanasan-global.html.
Diakses pada tanggal 16 Desember 2014 pukul 13.30.
Dadang
Rusbiantoro. 2008. Global
warming for beginner: Pengantar
Komprehensif Tentang Pemanasan Global. Niaga Swadaya. Yogyakarta.
Hidayat,David.2010.Hubungan Peternakan Dengan Global Warming.http://putri-janika.blogspot.com/2010/06/hubungan-peternakan-dengan-global.html.
Diakses pada tanggal 17 Desember pukul 01.20.
Ramadhan.2009.Dampak Pemanasan Global.http://forbetterhealth.files. wordpress.
com/2009/03/global-warming.pdf.Diakses pada tanggal 16 Desember 2014 pukul
21.00.
Riyanto .2007. Strategi
Mengatasi Pemanasan Global Jurnal
Vol.3, No.2.http://jurnal.
unimus.ac.id. Sekolah
Tinggi Ilmu Administrasi Karya Dharma Merauke. Diakses pada tanggal 16 Desember
2014 pukul 23.45.
Tarsoen, Waryono.2008.Upaya
Pemberdayaan Masyarakat. Bagus.Yogyakarta.
Wardhana,
Wisnu Arya. 2010. Dampak Pemanasan Global.Andi.Yogyakarta.
Winarso,
P.A.2009.Modul Pemanasan dan Perubahan
Iklim Global. Akademi Meteorologi dan Geofisika.Jakarta.
Komentar